Ilustrasi Tuberkulosis (TBC) (Dok.JurnalMediaNusa)
Ngawi (JurnalMediaNgawi) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ngawi mencatat sebanyak 220 kasus tuberkulosis (TBC) selama triwulan pertama 2025. Lonjakan kasus ini mendorong Dinkes untuk segera menyiapkan langkah strategis guna menekan penyebaran penyakit tersebut.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan UKM-UKP Dinkes Ngawi, Retno Dwi Sulistiorini, menyampaikan bahwa dukungan dari pemerintah pusat menjadi fondasi penting dalam penanggulangan TBC di daerah.
“Adanya dukungan dari pemerintah pusat, termasuk Presiden, dalam upaya pemberantasan TBC membuat Dinkes Ngawi segera menyusun langkah strategis, membentuk tim tenaga kesehatan, serta memperkuat ketersediaan obat dan alat penunjang di seluruh wilayah,” ujarnya.

Retno menjelaskan bahwa TBC pada balita seringkali sulit terdeteksi karena gejalanya tidak spesifik. Oleh karena itu, pemantauan tumbuh kembang anak di posyandu menjadi langkah awal untuk deteksi dini.
“Balita yang berat badannya tidak naik selama dua kali penimbangan berturut-turut akan menjalani uji kulit (skin test) untuk memastikan kemungkinan infeksi TBC,” jelasnya.
Sementara itu, pada orang dewasa, gejala TBC yang patut diwaspadai antara lain batuk berkepanjangan dan keringat di malam hari.
Retno juga mengingatkan masyarakat mengenai bahaya TBC resisten obat (TBC RO), yang lebih sulit disembuhkan karena pasien sering menghentikan pengobatan sebelum waktunya.
“TBC RO lebih sulit disembuhkan karena virus sudah kebal terhadap obat akibat pasien tidak menyelesaikan pengobatan. Padahal, satu penderita TBC dapat menulari 8 hingga 10 orang lain di ruang tertutup,” terangnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, rajin berjemur di bawah sinar matahari pagi, menghirup udara segar, serta segera melapor jika menemukan warga yang menunjukkan gejala TBC.(Er)