Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono secara resmi membuka kegiatan Sawah Run Race di Desa Bintoyo Kecamatan Padas, Sabtu pagi (12/7/2025). (Dok.JurnalMediaNusa)
Ngawi (JurnalMediaNusa) – Ada yang berbeda dalam peringatan Hari Jadi Kabupaten Ngawi ke-667 tahun ini. Persawahan Desa Bintoyo, Kecamatan Padas, disulap menjadi arena lomba lari unik bertajuk Sawah Run Race, Sabtu pagi (12/7/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Jadi Ngawi yang mengusung tema “Ngawi Tumbuh, Pangan Tangguh, Indonesia Emas.” Lomba diikuti ratusan peserta dari berbagai usia, mulai anak-anak hingga dewasa, bahkan dari luar daerah seperti Bojonegoro dan Magetan.
Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono secara resmi membuka kegiatan yang berlangsung meriah ini. Ia hadir bersama jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan tokoh masyarakat.
Ketua Panitia Hari Jadi ke-667 yang juga Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi, Supardi, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga sarana untuk mengingatkan kembali identitas agraris Kabupaten Ngawi.
“Lomba ini bukan sekadar ajang hiburan, tapi cara membumi untuk memperingati Hari Jadi Ngawi. Lewat sawah, kita ingatkan bahwa Ngawi adalah lumbung pangan dengan potensi besar,” ujarnya.
Bupati Ony dalam sambutannya mengapresiasi kreativitas panitia dalam menyatukan unsur olahraga, hiburan, dan pertanian.
“Kemarin di Paron ada balap traktor, sekarang Sawah Run Race. Siapa tahu nanti ada tinju sawah atau lomba gulung-gulung di lumpur. Intinya, kreativitas harus terus tumbuh selama membawa manfaat,” ucapnya, disambut tawa peserta.

Lebih lanjut, Bupati menekankan pentingnya sektor pertanian sebagai identitas dan kekuatan daerah yang harus terus dikembangkan.
“Ngawi harus tetap menjadi penopang pangan nasional. Namun, kita juga dorong sektor lain seperti ekonomi kreatif, pariwisata, dan investasi demi kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Di akhir sambutannya, Bupati Ony mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan tradisi agraris seperti methil, wiwitan, dan sedekah bumi, sebagai bagian dari kearifan lokal yang harus diwariskan kepada generasi muda.
“Ngawi ke-667 bukan sekadar angka, tapi momentum untuk mensyukuri apa yang kita miliki, dari sawah hingga doa-doa leluhur yang membumi dalam setiap tradisi,” pungkasnya.(Rek)







