Warga dan pejabat Pemerintah Kabupaten Ngawi mengikuti prosesi Tradisi Methil Pari “Ngunduh Wohing Pakarti” dalam rangka panen raya dan peringatan Hari Jadi ke-667 Kabupaten Ngawi di Desa Jambangan, Kecamatan Paron, Senin (4/8/2025). (Dok.JurnalMediaNusa)
Ngawi (JurnalMediaNusa) — Tradisi Methil Pari “Ngunduh Wohing Pakarti” kembali digelar sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi ke-667 Kabupaten Ngawi. Kegiatan yang mengusung semangat syukur atas hasil pertanian ini berlangsung di Desa Jambangan, Kecamatan Paron, Ngawi, Senin (4/8/2025).
Upacara adat tersebut merupakan wujud pelestarian kearifan lokal masyarakat Ngawi yang diwariskan secara turun-temurun. Prosesi dimulai dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat, kemudian dilanjutkan dengan ritual pengunduhan hasil panen dari para petani kepada pemerintah daerah.
Tradisi Methil Pari menggambarkan nilai-nilai gotong royong, penghormatan terhadap alam, dan rasa syukur atas limpahan hasil bumi. Dalam upacara tersebut, turut disajikan sesaji berupa hasil pertanian, bunga, dan makanan khas Ngawi sebagai simbol kemakmuran dan keberkahan.

Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, menegaskan pentingnya menjaga tradisi di tengah derasnya arus modernisasi dan inovasi teknologi pertanian.
“Modernisasi digunakan untuk menunjang produksi pertanian yang tinggi, tapi hal-hal baik dalam tradisi jangan sampai kita hilangkan,” ujar Bupati Ony.
Dalam kesempatan itu, Bupati Ony juga menyampaikan perkembangan Program Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PRLB) yang saat ini telah diterapkan di 22.000 hektare lahan.
“Program ini kita targetkan hingga akhir 2025, sistem PRLB dapat diterapkan di 25.000 hektare, dengan pembatasan pemakaian pupuk sintetis maksimal 200 kg/ha,” imbuhnya.
Tradisi Methil Pari diharapkan terus lestari sebagai identitas budaya dan ikon pertanian khas Ngawi, yang merefleksikan harmoni antara manusia, alam, dan nilai-nilai luhur masyarakat desa. (Saa)