Ilustrasi foto: Pelajar SMADA Ngawi saat upacara bendera (Dok.JurnalMediaNusa)
Ngawi (Jurnalmedianusa) – Kerapnya iuran yang seringkali mengatasnamakan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dari SMA Negeri 2 (SMADA) Ngawi, selama ini menuai keresahan dari sejumlah siswa dan orang tua. Iuran yang diwajibkan kepada seluruh siswa dinilai memberatkan sebagian kalangan , terutama mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, akhir-akhir ini beredar surat edaran iuran untuk kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Idul Adha dan Takbir keliling se-Kabupaten Ngawi. Pihak sekolah menetapkan nominal iuran sebesar seratus lima puluh ribu rupiah untuk mendukung kegiatan tersebut.
Keresahan sejumlah siswa bukan tanpa alasan, selain harus membayar iurah tersebut, mereka juga masih harus membayar biaya Study Tour sejumlah dua juta rupiah yang direncanakan ke Bali.
“Kalau dibilang berat ya berat, seharusnya iuran tersebut tidak diwajibkan. Selain itu, kita masih masih harus membayar untuk biaya Study Tour ke Bali,” ucap salah satu siswa SMADA kelas X yang minta identitasnya dirahasiakan.
Bahkan ada pelajar yang tidak berani untuk meminta kepada orang tuanya jika ada iuran. Mereka harus rela mengeluarkan sendiri dari simpanan sisa uang saku untuk keperluan tersebut. “Saya sering mendengarkan cerita dari teman, dia membayar ambil dari celengan (tabungan) karena kalau minta ke orang tua dimarahi,” ungkapnya.

Foto Surat Edaran Iuran PHBI yang mengatasnamakan OSIS SMADA Ngawi (Dok.JurnalMediaNusa)
Kekhawatiran juga datang dari kalangan Robbi salah satu orang tua siswa kelas X di SAMDA Ngawi. Mereka menilai sekolah perlu memberikan penjelasan yang lebih transparan mengenai penggunaan dana dan menyediakan alternatif lain bagi siswa yang tidak mampu.
“Saya sangat mendukung dengan adanya kegiatan keagamaan yang melibatkan para siswa untuk berpartisipasi. Alangkah baiknya iuran tersebut dibuat sukarela. Jangan sampai kegiatan yang baik malah menjadikan keresahan dikalangan pelajar itu sendiri,” tutur Robi salah satu orang tua siswa kelas X SMADA Ngawi.
Selain itu, pihaknya menyampaikan akan keberatannya terkait seringnya iuran. Dengan menanggung iuran komite, uang seragam belum lagi iuran tiap saat yang harus dibayar. Meskipun uang iuran komite yang telah ditetapkan jumlah nominalnya dan pembayaran secara dibertahap tetap dirasa cukup membebani. Sedangkan anaknya tersebut masuk melalui program zonasi yang berarti memang berhak untuk disekolah tersebut.
“Sudah seringkali saya mengungkapkan jika ada tarikan (iuran). Seperti iuran untuk pembelian hewan kurban ini sudah dibahas di group WhatsApp (WA) orang tua murid kenapa harus diwajibkan dan ditentukan, bukan seikhlasnya?,” keluhnya.(bid)
2 Komentar
Awasi, Selidiki, viralkan………….. Demi generasi kita yang lebih baik.
Siappp