Home / BERITA / PENDIDIKAN / 130 Guru SD di Ngawi Ikuti Bimtek Penerapan Bahasa Jawa: Upaya Pelestarian Budaya Lewat Pendidikan

130 Guru SD di Ngawi Ikuti Bimtek Penerapan Bahasa Jawa: Upaya Pelestarian Budaya Lewat Pendidikan

Suasana kegiatan Bimtek Peningkatan Kompetensi Guru terkait penerapan Bahasa Jawa bagi guru sekolah dasar yang diselenggarakan Dindik Kabupaten Ngawi di Aula Dinas Pendidikan, Rabu (6/8/2025). (Dok.JurnalMediaNusa)

Ngawi (JurnalMediaNusa) – Sebanyak 130 guru sekolah dasar dari berbagai wilayah di Kabupaten Ngawi mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kompetensi Guru dalam penerapan Bahasa Jawa di lingkungan pendidikan dasar. Kegiatan ini diinisiasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi sebagai langkah strategis dalam memperkuat pelestarian budaya lokal melalui jalur pendidikan formal.

Kegiatan yang digelar pada Rabu (6/8/2025) di Aula Dinas Pendidikan ini secara resmi dibuka oleh Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi, Fachrudin. Dalam sambutannya, Fachrudin menegaskan bahwa Bahasa Jawa bukan sekadar sarana komunikasi, melainkan cermin nilai-nilai luhur yang hidup dalam keseharian masyarakat Jawa.

“Bahasa Jawa memiliki muatan budaya yang mendalam. Di dalamnya terdapat nilai-nilai kesopanan, tata krama, hingga filosofi hidup yang mencerminkan kearifan lokal. Melalui pendidikan, kita memiliki tanggung jawab untuk mewariskannya kepada generasi muda,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa ada lima alasan utama mengapa Bahasa Jawa harus diterapkan secara aktif di sekolah. Pertama, sebagai identitas budaya yang membedakan dan memperkaya keberagaman nasional. Kedua, sebagai alat komunikasi lokal yang memiliki tingkat kedalaman ekspresi sosial dan emosional. Ketiga, sebagai bagian dari warisan budaya yang telah membentuk peradaban Jawa. Keempat, sebagai pembentuk karakter, karena Bahasa Jawa mengandung tata nilai seperti unggah-ungguh (etika) dan hormat kepada sesama. Dan kelima, sebagai bentuk pelestarian bahasa daerah, yang saat ini terancam punah akibat dominasi bahasa nasional dan global.

Peserta Bimtek Peningkatan Kompetensi Guru terkait penerapan Bahasa Jawa bagi guru sekolah dasar yang diselenggarakan Dindik Kabupaten Ngawi di Aula Dinas Pendidikan, Rabu (6/8/2025). (Dok.JurnalMediaNusa)

“Bahasa daerah kita perlahan-lahan mulai terpinggirkan. Jika tidak ada intervensi dari dunia pendidikan, maka dalam beberapa dekade ke depan bisa jadi generasi penerus kita hanya mengenal Bahasa Jawa sebagai artefak sejarah, bukan sebagai bahasa hidup,” imbuhnya.

Sebagai narasumber utama, hadir Nurwahyudi, seorang praktisi pendidikan dan pegiat bahasa daerah yang selama ini aktif dalam pengembangan kurikulum muatan lokal. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya pendekatan kreatif dalam mengajarkan Bahasa Jawa di sekolah.

“Mengajarkan Bahasa Jawa kepada anak-anak era digital tentu tidak bisa dengan pendekatan tradisional semata. Guru harus mampu menyisipkan nilai-nilai budaya Jawa dalam bentuk permainan, cerita rakyat, tembang dolanan, drama berbahasa Jawa, atau media digital agar menarik minat siswa,” ungkap Nurwahyudi.

Ia juga menekankan perlunya penyesuaian materi ajar dengan kondisi sosiolinguistik peserta didik, karena sebagian besar anak-anak saat ini tumbuh dalam lingkungan yang lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia atau bahkan campuran dengan bahasa populer di media sosial.

Melalui kegiatan ini, Sekdin Dindik Kabupaten Ngawi berharap para guru dapat menjadi agen pelestari budaya lokal di sekolah masing-masing. Tak hanya sebagai pengajar, namun juga sebagai inspirator yang mampu menanamkan kebanggaan berbahasa daerah sejak dini.

“Pelestarian budaya tidak hanya tugas dinas atau pemerintah pusat, tapi tanggung jawab kolektif. Guru adalah garda terdepan dalam menjaga warisan ini tetap hidup dan bermakna,” tutup Fachrudin.

Kegiatan Bimtek ini menjadi bagian dari rangkaian program strategis Pemkab Ngawi dalam memperkuat integrasi budaya lokal ke dalam sistem pendidikan, selaras dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Pelestarian Bahasa Daerah, sekaligus menjawab tantangan globalisasi yang berpotensi mengikis akar budaya lokal.(Rek)

Like and Share
Tag: