Warga Desa Selopuro, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, menanam pohon pisang di badan jalan rusak sebagai bentuk protes karena belum ada perbaikan dari pemerintah desa. (Dok.JurnalMediaNusa)
Ngawi (JurnalMediaNusa) – Warga Desa Selopuro, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, menanam pohon pisang di tengah jalan rusak sebagai bentuk protes karena jalan desa yang menjadi jalur alternatif penghubung Jawa Timur dan Jawa Tengah itu tak kunjung diperbaiki.
Jalan sepanjang sekitar 750 meter tersebut berperan penting sebagai akses warga sekaligus jalur lintasan truk pengangkut tebu menuju pabrik gula. Namun selama bertahun-tahun, kondisi jalan dibiarkan rusak, berlubang, dan semakin parah saat musim hujan tiba.
Salah satu warga, Agil Setyo Nugroho, menuturkan masyarakat sudah lama menunggu janji perbaikan dari pemerintah desa maupun pemerintah daerah, tetapi hingga kini belum ada tindakan nyata.
“Sudah lama rusak, tapi belum pernah diperbaiki. Katanya mau diperbaiki terus, tapi sampai sekarang belum juga. Kalau musim hujan tambah parah karena dilewati banyak truk tebu,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Selopuro, Sunarno, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengusulkan perbaikan jalan melalui berbagai jalur. Bahkan Pemprov Jawa Timur sempat merencanakan bantuan perbaikan, namun hingga kini belum terealisasi.
“Kami sudah gelar musyawarah desa bersama BPD dan RT/RW. Insyaallah tahun 2026 akan kami anggarkan perbaikannya melalui dana desa,” terang Sunarno.
Ia menambahkan, selama ini pihak desa menerima kompensasi sebesar Rp10.000 dari setiap truk tebu yang melintas. Dalam satu musim giling, jumlah truk yang melewati jalur tersebut bisa mencapai 100 unit per hari, dan dana tersebut dikelola langsung oleh warga.
Masyarakat berharap pemerintah segera merealisasikan perbaikan agar akses ekonomi dan mobilitas warga kembali lancar.
“Kami cuma ingin jalan ini segera diperbaiki supaya kalau lewat tidak susah lagi,” kata salah satu warga lainnya.(And)










