JMNusantara – Dalam beberapa waktu terakhir, kebijakan larangan study tour bagi siswa SD hingga SMA menjadi perbincangan hangat di dunia pendidikan. Keputusan ini diambil oleh beberapa pemerintah daerah dengan alasan utama menjaga keselamatan siswa serta menghindari beban finansial bagi orang tua. Namun, kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra, mengingat study tour telah lama menjadi bagian dari metode pembelajaran berbasis pengalaman.
Salah satu alasan utama diberlakukannya larangan ini adalah faktor keselamatan. Beberapa kasus kecelakaan yang melibatkan rombongan study tour telah menjadi perhatian publik dan mendorong pemerintah untuk lebih selektif dalam mengizinkan kegiatan di luar sekolah. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa beberapa penyelenggara study tour tidak memiliki standar keamanan yang memadai, sehingga berisiko bagi siswa yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Di sisi lain, study tour memiliki manfaat edukatif yang tidak bisa diabaikan. Melalui kunjungan ke situs sejarah, museum, atau tempat wisata edukatif, siswa dapat memperluas wawasan mereka di luar kelas. Metode pembelajaran ini membantu siswa memahami materi dengan lebih baik, terutama dalam bidang sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan. Dengan larangan ini, kesempatan belajar secara langsung di lapangan menjadi terbatas.
Aspek finansial juga menjadi salah satu pertimbangan utama. Tidak semua orang tua mampu membiayai study tour yang sering kali membutuhkan dana cukup besar. Namun, di beberapa kasus, sekolah dan penyelenggara bisa menawarkan opsi yang lebih terjangkau atau mencari sponsor untuk membantu siswa kurang mampu agar tetap dapat mengikuti kegiatan tersebut. Oleh karena itu, daripada melarang secara total, solusi alternatif seperti subsidi atau mekanisme pembiayaan yang lebih adil bisa menjadi pilihan yang lebih baik.
Sebagai solusi, kebijakan ini perlu dikaji ulang dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk keselamatan, manfaat pendidikan, serta dampak ekonomi bagi orang tua. Pemerintah dan sekolah sebaiknya bekerja sama untuk mencari solusi terbaik, seperti menetapkan standar keselamatan yang lebih ketat atau menyediakan pilihan study tour yang lebih terjangkau. Dengan demikian, siswa tetap mendapatkan pengalaman belajar yang kaya tanpa mengorbankan keamanan atau membebani orang tua secara finansial.