Home / BERITA / PENDIDIKAN / Generasi Tangguh dan Peduli, Kunci Cegah Perundungan di Era Digital

Generasi Tangguh dan Peduli, Kunci Cegah Perundungan di Era Digital

Ilustrasi perundungan anak di lingkungan Sekolah (Dok.JurnalMediaNusa)

Ngawi (JurnalMediaNusa) – Perundungan, baik secara langsung maupun melalui dunia maya (cyberbullying), terus menjadi ancaman serius bagi kesehatan mental generasi muda di Indonesia. Psikolog Nurhidayah Alvianita dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Ngawi menegaskan, membentuk karakter anak yang tangguh dan peduli menjadi kunci utama dalam mencegah perilaku perundungan.

“Pembentukan mental yang kuat harus dimulai dari keluarga dan lingkungan pendidikan. Anak-anak perlu dibekali dengan empati dan kepercayaan diri agar tidak mudah terpengaruh tekanan sosial,” ujar Nurhidayah dalam keterangannya, Sabtu (31/5).

Ia menjelaskan, rendahnya rasa empati dan kepercayaan diri sering menjadi akar dari perilaku perundungan. Anak yang tidak mampu mengelola tekanan emosional cenderung melampiaskan frustrasi melalui tindakan agresif.

Data Google Trends menunjukkan peningkatan signifikan pencarian terkait pencegahan perundungan, penguatan karakter, dan trauma anak sejak 2023. Hal ini menunjukkan tumbuhnya kesadaran publik terhadap pentingnya perlindungan kesehatan mental anak.

Nurhidayah menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pembekalan soft skills sejak dini, seperti pengembangan kepercayaan diri, komunikasi, serta pengelolaan emosi. Melalui pelatihan ini, anak-anak dibentuk menjadi pribadi yang berani bersuara, empatik, dan peduli terhadap sesama.

“Generasi yang tumbuh dengan nilai moral, empati, dan toleransi akan lebih mampu menahan diri dari tindakan perundungan maupun menjadi korban,” jelasnya.

Psikolog Nurhidayah Alvianita dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) (Dok.JurnalMediaNusa)

Ia juga menyoroti peran penting orang tua dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang mental anak. Orang tua, menurutnya, harus lebih aktif mengenali tanda-tanda tekanan emosional pada anak serta membangun komunikasi yang terbuka. Sekolah dan komunitas juga berperan penting dalam menciptakan suasana yang aman dan suportif.

“Kita perlu membangun budaya saling menghormati dan peduli agar anak merasa diterima dan dihargai,” tegas Nurhidayah.

Tren pencarian Google menunjukkan meningkatnya perhatian nasional terhadap isu perundungan. Nurhidayah menegaskan bahwa pencegahan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Diperlukan kolaborasi semua pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

“Target kita bukan sekadar membebaskan anak dari perundungan, tapi menciptakan generasi yang kuat, peduli, dan mampu bersaing secara positif di era digital,” pungkasnya.

Dengan komitmen bersama, diharapkan generasi muda Indonesia tumbuh menjadi pribadi tangguh dan bermartabat, siap menghadapi tantangan global dengan mental yang kokoh dan empati yang tinggi. (Ehr)

Like and Share
Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *